Kamis, 05 Oktober 2017

Rancang Bangun Jaringan


Jaringan datar (Horizontal) dan Jaringan Hirarkikal


Jaringan datar (Horizontal)

Jaringan datar ( Horizontal ) Merupakan jaringan yang mana setiap perangkat device memiliki kedudukan yang sama, artinya berada pada level yang sama, sebagai contoh adalah jaringan peer to peer, jaringan LAN merupakan sebuah penerapan dari jaringan Datar ( horizontal ) yang mana setiap perangkat keras jaringan ( device ) memiliki hak yang sama didalam jaringan tersebut.

Sistem pengkabelan horizontal terdiri dari kabel-kabel yang tersusun secara horizontal, terminasi mekanikal, dan patch cords (jumper). Pengertian horizontal disini adalah sistem pengkabelan akan berjalan secara horizontal baik diatas lantai ataupun di bawah atap. Ada beberapa servis atau system yang harus diperhatikan ketika mendesain suatu sistem pengkabelan secara horizontal, yaitu:
1.       Servis telekomunikasi meliputi suara, modem dan faksimile
2.        Perlengkapan dasar switching
3.       Koneksi manajemen komputer dan telekomunikasi
4.        Koneksi keyboard/video/mouse (KVM)
5.       Komunikasi data
6.       Wide Area Network (WAN)
7.       Local Area Network (LAN)
8.        Storage Area Network (SAN)
9.       Sistem pemberian isyarat lainnya pada gedung (seperti kebakaran, keamana, energi, HVAC, EMS, dan lainnya)

Sistem pengkabelan secara horizontal dapat dibuat dalam bentuk under-floor atau overhead. Topologi yang dapat dipasang pada horizontal cabling pada data center adalah topologi star, maksudnya adalah Jarak yang ditempuh pada sistem pengkabelan horizontal

Jaringan Hirarkikal

Jaringan hirarkikal adalah jaringan bertingkat yang merupakan jaringan terkoneksi dengan level-level lain yang memiliki fungsi dan layanan berbeda. contoh jaringan hirarkikal adalah internet, dimana antara user di level akses berinteraksi juga dengan level distribusi diatasnya (ISP) dan level core (inti) diatasnya juga.
keuntungan menggunakan jaringan hirarkial


Keuntungan Jaringan Hierarki :

Scalability : jaringan hierarki dapat diperluas/dikembangkan secara lebih mudah

Redundancy : menjamin ketersediaan jalur pada level core dan distribution

Performance :  performa switch pada layer core dan distribution leih handal (link aggregation)

Security : port keamanan pada level access dan aturan pada level distribution membuat jaringan lebih aman

Manageability : konsistensi antar switch pada tiap level membuat manajemen menjadi lebih mudah

Maintainability : modularitas desain hirarki mengijinkan jaringan dibagi-bagi tanpa menambah kerumitan.


Skema pengalamatan pada Dua jaringan tersebut pada dasarnya sama, perbedaannya adalah pada jaringan datar tidak ada alamat ip yang mewakili untuk menuju atau menerima data informasi, sedangkan pada jaringan Hirarkikal akses ke level yang lebih tinggi akan di wakili oleh sebuah alamat ip yang terhubung langsung dengan jaringan pada level diatasnya. 

untuk ip yang digunakan masih fleksible tergantung administrator jaringan, kelas A Kelas B dan Kelas C maupun Kelas D atau E semua dapat di terapkan sesuai kebutuhan dari jaringan itu sendiri.


SKEMA HIERARKI PENGALAMATAN IP
Alamat IP terdiri atas 3 bit informasi yang terbagi 4 bagian dikenal sebagai octet atau byte, dimana masing-masing terdiri atas 1 byte (8 bit) yang dapat digambarkan pengalamatan IP dengan metode Dotted-decimal, Biner dan Heksadesimal. Dengan metode Heksadesimal tidak digunakan sesering dotted-decimal atau biner ketika membicarakan pengalamatan IP, tetapi dengan menggunakan Windows Registry yang bagus untuk program yang menyimpan alamat IP mesin dalam bentuk hexa (heksadesimal) dalam beberapa program.

Skema pengalamatan IP dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengalamatan 32-bit (terstruktur/hierarki) dan pengalamatan flat (datar/non-hierarki). Walaupun kedua jenis skema pengalamatan bisa digunakan, namun pengalamatan hierarki dipilih dengan alasan yang baik. Keuntungan dari skema pengalamatan hierarki yaitu kemampuannya yang bisa menangani pengalamatan yang besar. Sedangkan kekurangan dari skema pengalamatan flat dan alasan kenapa pengalamatan IP tidak menggunakannya yaitu masalah routing yang tidak efisien dan hanya sebagian kecil alamat yang digunakan dalam pengalamatan IP. Solusi untuk masalah tersebut yaitu menggunakan dua atau tiga tingkatan yang bisa dibandingkan dengan nomer telepon, skema pengalamatan hierarki yang terstruktur oleh network (jaringan) dan host atau network, subnet dan host yang digunaan untuk menunjukkan alamat jaringan (network).

Pengalamatan Jaringan Hirarkikal

A. Pengalamatan IP
Pengalamatan IP adalah pengidentifikasian dengan angka yang diberikan setiap
mesin di dalam jaringan IP. Pengalamatan IP digunakan untuk menunjukkan
lokasi spesifik dari alat di dalam jaringan. Alamat IP adalah alamat software,
bukan alamat hardware yang terpatri ke dalam Network Interface Card (NIC) dan
digunakan untuk menemukan host pada jaringan lokal.

B. Terminologi IP
Untuk mempelajari pengertian tentang internet protocol, berikut ini ada beberapa
istilah yaitu:
1. Bit, satu bit sama dengan satu digit yang bernilai 1 atau 0.
2. Byte, satu byte sama dengan 7 atau 8 bit yanng bergantung apakah
menggunakan parity.
3. Octet, terdiri atas 8 bit yang merupakan bilangan biner 8 bit umumnya.
4. Alamat Network, digunakan dalam routing untuk menunjukkan
pengiriman paket ke remote network.
5. Alamat broadcast, digunakan oleh aplikasi dan host untuk mengirim
informasi ke semua titik di dalam jaringan.

C. Konsep pengalamatan jaringan hirarkikal
Pengalamatan jaringan merupakan suatu metode pengalamatan IP yang bertujuan
untuk mengatur alamat suatu komputer yang terhubung dalam jaringan global
maupun lokal.
Pengalamatan jaringan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah
komputer dalam suatu jaringan atau dalam sebuah jaringan internet.
Pengalamatan IP berupa alamat yang terdiri dari 32-bit yang dibagi menjadi 4
oktet yang masing masing berukuran 8-bit.

Sebuah alamat IP dapat dibagi dua bagian dengan menggunakan subnet mask
yakni metode yang digunakan untuk membagi alamat IP dalam jaringan menjadi
kelompok-kelompok tertentu.
a. Bagian pertama di dalam alamat IP -- > Network Identifier (NetID)
bertujuan untuk mengidentifikasikan jaringan lokal dalam sebuah jaringan
internet
b. Bagian yang kedua à Host Identifier (HostID)
bertujuan untuk mengidentifikasikan host dalam jaringan.

D. Skema hierarki pengalamatan IP
Alamat IP terdiri atas 3 bit informasi yang terbagi 4 bagian dikenal sebagai octet
atau byte, dimana masing-masing terdiri atas 1 byte (8 bit) yang dapat
digambarkan pengalamatan IP dengan metode Dotted-decimal, Biner dan
Heksadesimal. Dengan metode Heksadesimal tidak digunakan sesering dotted-
decimal atau biner ketika membicarakan pengalamatan IP, tetapi dengan

menggunakan Windows Registry yang bagus untuk program yang menyimpan
alamat IP mesin dalam bentuk hexa (heksadesimal) dalam beberapa program.

E. Perbedaan IP Static dan DHCP
IP Static adalah IP yang tetap atau permanent tidak berubah IP Static merupakan
alamat IP yang diberikan secara tertentu oleh pengguna secara manual dan
efeknya tidak berubah sedangkan IP Dynamic adalah IP yang dimana mengatur
dirinya sendiri atau selalu berubah IP Dynamicadalah IP yang diberikan secara
otomatis yang diberikan oles system DHCP (Dynamic Host Configuration
Protocol).


Subnetting dalam struktur jaringan





Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
 

Alasan Melakukan Subnetting

Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.

Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer dengan network ID yang sama harus berada di physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang berarti sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil – bahkan lebih kecil – dari Class C address.
 

Tujuan Subnetting

Tujuan dari subnetting adalah sebagai berikut:
1.                   Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254 – 10 =244 alamat yang tidak terpakai).
2.                   Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
3.                   Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
4.                   Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
5.                   Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
6.                   Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
7.                   Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.

 

Fungsi Subnetting

Fungsi subnetting antara lain sbb:
·                     Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.
·                     Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
·                     Pengelolaan yang disederhanakan.
·                     Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh,

Proses Subnetting

Untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan beberapa proses antara lain :
1.                   Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask.
2.                   Menentukan jumlah host per subnet.
3.                   Menentukan subnet yang valid.
4.                   Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet.
5.                   Menentukan host – host yang valid untuk tiap subnet.

 

Mengenal Teknik Subnetting

Misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting maka semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan kedalam sebuah jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut:
 
Misal kita gunakan IP Address Private kelas C dengan subnet mask defaultnya yaitu 255.255.255.0 sehingga perinciannya sebagai berikut:
 
Network Perusahaan
Alamat Jaringan                      : 192.168.1.0
Host Pertama                          : 192.168.1.1
Host Terakhir                          : 192.168.1.254
Broadcast Address                 : 192.168.1.255
 
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan memecah network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda-beda tergantung berapa subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut:
 
Network Divisi A
Alamat Jaringan / Subnet A    : 192.168.1.0
Host Pertama                          : 192.168.1.1
Host Terakhir                          : 192.168.1.126
Broadcast Address                 : 192.168.1.127

Network Divisi B
Alamat Jaringan / Subnet B    : 192.168.1.128
Host Pertama                          : 192.168.1.129
Host Terakhir                          : 192.168.1.254
Broadcast Address                 : 192.168.1.255

Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing network maksimal terdiri dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus menggunakan Router.
 

Subnet Mask


Subnet mask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:

Class
Oktet Pertama
Subnet Mask Default
Private Address
A
1 – 127
255.0.0.0
10.0.0.0 – 10.255.255.255
B
128 – 191
255.255.0.0
172.16.0.0 – 172.31.255.255
C
192 – 223
255.255.225.0
192.168.0.0 – 192.168.255.255

Subnetmask diperlukan oleh TCP/IP untuk menentukan apakah suatu jaringan yang dimaksud adalah termasuk jaringan lokal atau non lokal.

Network ID dan host ID di dalam IP address dibedakan oleh penggunaan subnet mask. Masing-masing subnet mask merupakan pola nomor 32-bit yang merupakan bit groups dari semua (1) yang menunjukkan network ID dan semua nol (0) menunjukkan host ID dari porsi IP address.
Kelas IP Address
BIT SUBNET (Default)
SUBNETMASK (Default)
A
11111111 00000000 00000000 00000000
255.0.0.0
B
11111111 11111111 00000000 00000000
255.255.0.0
C
11111111 11111111 11111111 00000000
255.255.255.0

Jangan bingung membedakan antara subnet mask dengan IP address. Sebuah subnet mask tidak mewakili sebuah device atau network di internet. Subnet mask digunakan untuk menandakan bagian mana dari IP address yang digunakan untuk menentukan network ID. Anda dapat langsung dengan mudah mengenali subnet mask, karena octet pertama pasti 255, oleh karena itu 255 bukanlah octet yang valid untuk IP address class.

          Terdapat aturan-aturan dalam membuat Subnet Mask:
Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga, oktet pertama dari subnet pasti 255.

1.Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Anda harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0 digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu sendiri) maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID adalah 30 bit.
2.Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang berasal dari 8 bit.


BINARY OCNET
DECIMAL
00000000
0
10000000
128
11000000
192
11100000
224
11110000
240
11111000
248
11111100
252
11111110
254
11111111
255

Penghitungan Subnetting

Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah yaitu:
·                     Jumlah Subnet.
·                     Jumlah Host per Subnet.
·                     Blok Subnet.
·                     Alamat Host- Broadcast.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24 artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.



VLSM(Variable Length Subnet Mask)


Konsep subneting memang menjadi solusi dalam mengatasi jumlah pemakaian IP Address. Akan tetapi kalau diperhatikan maka akan banyak subnet. Penjelasan lebih detail pada contoh :

contoh 2:
Pada suatu perusahaan yang mempunyai 6 departemen ingin membagi networknya, antara lain :
1. Departemen A = 100 host
2. Departemen B = 57 host
3. Departemen C = 325 host
4. Departemen D = 9 host
5. Departemen E = 500 host
6. Departemen F = 25 host

IP Address yang diberikan dari ISP adalah 160.100.0.0/16

Apabila kita menggunakan subneting biasa maka akan mudah di dapatkan akan tetapi hasil dari subneting (seperti contoh 1) tersebut akan terbuang sia-sia karena hasil dari subneting terlalu banyak daripada jumlah host yang dibutuhkan. Maka diperlukan perhitingan VLSM yaitu :

1. Urut kebutuhan host yang diperlukan
1. Departemen E = 500 host
2. Departemen C = 325 host
3. Departemen A = 100 host
4. Departemen B = 57 host
5. Departemen F = 25 host
6. Departemen D = 9 host

2. Ubah menjadi biner

network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000
Jika pada subneting dimabil dari network maka pada VLSM diambil pada dari host

l Untuk 500 host
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000

Untuk 500 host dimabil 9 bit dari host-portion karena
2n-2 > jumlah host

Hasilnya 160.100.0.0/23

Network Broadcast Range-Hoat
160.100.0.0/23 160.100.0.255 160.100.0.1 - 160.100.1.254
160.100.2.0/23 160.100.2.255 160.100.2.1 - 160.100.3.254
160.100.4.0/23 160.100.4.255 160.100.4.1 - 160.100.5.254
160.100.6.0/23 160.100.6.255 160.100.6.1 - 160.100.7.254
160.100.8.0/23 160.100.8.255 160.100.8.1 - 160.100.9.254
…….. ………. ………….
160.100.254.0/23 160.100.254.255 160.100.254.1 - 160.100.255.254

l Untuk 325 host kita masih dapat menggunakan subnet dari 500 host karena masih dalam arena 29 dan pilihlah subnet yang belum digunakan.
l Untuk 100 host menggunakan 28 > 100 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.2.0/24

network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000010 00000000

maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.2.0/24 160.100.2.255 160.100.2.1 - 160.100.2.254
160.100.3.0/24 160.100.3.255 160.100.3.1 - 160.100.3.254

l Untuk 57 host menggunakan 26 >57 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.3.0/24

network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000

maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.0/26 160.100.3.91 160.100.3.1 - 160.100.3.90
160.100.3.64/26 160.100.3.63 160.100.3.65 - 160.100.3.126
160.100.3.128/26 160.100.3.127 160.100.3.129 - 160.100.3.190
160.100.3.192/26 160.100.3.191 160.100.3.193 - 160.100.3.254

l Untuk 25 host menggunakan 25 > 25 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.3.192/25

network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
maka

Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.192/27 160.100.3.223 160.100.3.193 - 160.100.3.222
160.100.3.224/27 160.100.3.255 160.100.3.225 - 160.100.3.254

l Untuk 9 host menggunakan 24 > 16 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.3.224/25

network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000

maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.224/28 160.100.3.239 160.100.3.225 - 160.100.3.227
160.100.3.240/28 160.100.3.255 160.100.3.241 - 160.100.3.254


Subnet menggunakan representasi biner


Desimal Bertitik




Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.

Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:

<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>

Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal)

Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas C yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:

138.96.58.0, 255.255.255.0

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask


Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:

/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>

Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal) Prefix Length
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Menentukan alamat Network Identifier


Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP    10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask  11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------
Network ID   10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

Proses dasar Subnetting


Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.

Apa tujuan Subnetting?
Apa tujuan Subnetting , Mengapa perlu subnetting atau Apa manfaat subnetting? Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address
2.Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
3.Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Sebagai gambaran untuk mengenal teknik subnetting ini contoh kasusnya kira-kira seperti berikut:
Misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting maka semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan kedalam sebuah jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut:

Misal kita gunakan IP Address Private kelas C dengan subnet mask defaultnya yaitu 255.255.255.0 sehingga perinciannya sebagai berikut:

Network Perusahaan
Alamat Jaringan : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255

Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan memecah
network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita akan menggunakan subnet
mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda-beda tergantung berapa subnetwork yang akan kita buat) sehingga
akan menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut:

Network Divisi A
Alamat Jaringan / Subnet A : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.126
Broadcast Address : 192.168.1.127

Network Divisi B
Alamat Jaringan / Subnet B : 192.168.1.128
Host Pertama : 192.168.1.129
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255

Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing network maksimal terdiri
dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling
berkomunikasi sehingga meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus menggunakan Router

Pengalamatan VLSM


                               Tabel Pengalamatan VLSM


  
     Contoh kasus :
Misalnya akan membangun sebuah jaringan internet dalam sebuah perusahaan besar. Dengan ketentuan host yang dibutuhkan antara lain :
1)  Ruang utama 1000 host
2)  Ruang kedua 500 host
3)  Ruang ketiga 100 host
4)  Ruang server 2 host

Dengan alamat jaringan 172.16.0.0/16
                               
                                   Tabel Untuk Mempercepat Perhitungan VLSM

Dengan IP 172.16.0.0/16

1) Ruang utama 1000 host
     
      Dibutuhkan 1000 host yang akan terhubung dengan internet. Karena yang dibutuhkan 1000 host, maka cari hasil pemangkatan. Dari tabel didapat 2^10 = 1024 dan subnetmask 255.255.252.0

             Untuk mencari nilai IP range :

255.255.255.255

255.255.252.0      -

0  .   0  .  3   . 255
     
   Untuk mengetahui IP broadcastnya yakni hasil dari pengurangan diatas ditambah dengan IP network

172. 16. 0. 0

0  .  0 . 3 . 255  +

172. 16. 3. 255

Network              : 172.16.0.0 /22
IP pertama          : 172.16.0.1
IP terakhir          : 172.16.3.254
IP broadcast        : 172.16.3.255
Subnetmask        : 255.255.252.0

2)Ruang kedua 500 host
     
Dari tabel, yang menghasilkan 500 host > adalah 2^9 = 512 dan subnetmask 255.255.254.0
  
Untuk mencari nilai IP range :
      
255.255.255.255
      
255.255.254.  0     -
  0  .  0  .  1   . 255
     
Untuk IP broadcastnya :

172. 16. 4. 0
  0   .  0 . 1. 255   +
172. 16. 5. 255


Network              : 172.16.4.0 /23
IP pertama          : 172.16.4.1
IP terakhir          : 172.16.5.254
IP broadcast        : 172.16.5.255
Subnetmask        : 255.255.254.0

3)  Ruang ketiga 100 host
     
    Gunakan konsep kelas c atau bermain pada oktet ke 4. Peningkatan yang menghasilkan 100 host > adalah 2^7 = 128 dan subnetmask 255.255.255.127
     Mencari nilai IP range :
      255.255.255.255
      255.255.255.128  -
       0  .  0   .  0  .127
     Mencari nilai IP broadcast :
  172. 16. 6. 0 
  0  .   0 . 0. 127  + 
172. 16 . 6. 127

Network              : 172. 16. 6. 0 /25
IP pertama          : 172. 16. 6. 1
IP terakhir          : 172. 16. 6. 126
IP broadcast        : 172. 16. 6. 127
Subnetmask        : 255.255.255.128

4)     Ruang server 2 host
Network              : 172. 16. 6. 128 /30
IP pertama          : 172. 16. 6. 129
IP terakhir           : 172. 16. 6. 130
IP broadcast        : 172. 16. 6. 131
Subnetmask        : 255.255.255.252

Classless Routing dan CIDR

CIDR (Classless Inter-Domain Routing)

Classless Inter-Domain Routing (CIDR) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.

CIDR digunakan untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask agar lebih ringkas dibandingkan penulisan notasi subnet mask yang sesungguhnya. Untuk penggunaan notasi alamat CIDR pada classfull address pada kelas A adalah /8 sampai dengan /15, kelas B adalah /16 sampai dengan /23, dan kelas C adalah /24 sampai dengan /28. Subnet mask CIDR /31 dan /32 tidak pernah ada dalam jaringan yang nyata.



Classless Routing 

1.      Pengertian
Classless secara sederhana dapat diartikan "tanpa kelas" atau "tidak menggunakan kelas". Kemudian jika dikaitkan dengan pengalamatan IP, maka pengalamatan IP classless dapat diartikan menjadi "pengalamatan IP tanpa mengenal kelas". Yaitu dengan cara menggunakan Classless-Inter Domain Rouing (CIDR) atau juga dapat dikenal dengan istilah panjang prefiks. Format pengalamatannya adalah dengan member tanda slash (/) di belakang alamat IP kemudian diikuti dengan variable panjang prefiks.

Contoh: 172.26.78.3/28

172.26.78.3 = alamat IP  dan  /28 = panjang prefiks (CIDR)

2.      Contoh Routing classless
RIP v2 dan OSPF, Border Gateway Protocol version 4 (BGP4) dan Intermediate System to Intermediate System (IS-IS)

3.      Kelebihan
Dapat menyederhanakan tabel routing dengan cara satu tabel routing dapat untuk beberapa jaringan sehingga menghemat penggunaan kapasitas router dalam membuat tabel routing. Selain itu, metode ini memungkinkan untuk menggunakan alamat IP kelas A dan B dengan panjang prefix tertentu yang belum dipakai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar